Sekilas Sejarah GPIB Pancaran Kasih Depok

Rombongan pekabar Injil bersama dengan Bidang Diakonia dari GKI Kwitang Jakarta mengadakan perkunjungan ke Cimanggis.

Renungan Harian

Sabda Bina Umat

1 Jul 2015

Menentang Penjualan Tanah, Pendeta GPIB Dipecat



Akibat menentang penjualan sebidang tanah SHM 82 di areal Gereja GPIB Immanuel, Pejambon, Jakarta Pusat, dalam kurun waktu enam bulan beberapa pendeta dipecat oleh Majelis Sinode Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (MS GPIB).

Melihat kondisi ini para pendeta, penatua,diaken, dan warga jemaat GPIB yang tergabung dalam Komunitas Pastoral Anti Pembodohan (Kompasando), menolak kesewenangan MS GPIB memecat dan menghukum para pendeta yang mengkritisi. Arogansi MS GPIB telah menyebabkan gejolak di internal GPIB yang jemaatnya tersebar di 300 lebih lokasi.

Akibatnya, tidak saja mengganggu pelayanan yang dijalankan oleh para pendeta terkait, tetapi juga telah menyebabkan ketegangan kehidupan bergereja dikalangan pendeta, penatua, diaken serta warga jemaat.

"Tidak menutup kemungkinan kami akan membawa masalahnya ke ranah hukum. Sebagai bagian dari GPIB, kita tidak akan berhenti berjuang menegakkan kebenaran, dengan segala risikonya," ujar Pendeta Domidoyo Ratupenu selaku ketua Kompasando, Senin (29/6).

Menurut Domidoyo, proses pelepasan tanah Pejambon oleh MS GPIB menjadi penyebab utama semua rangkaian penolakan oleh beberapa pendeta, penatua, diaken, dan warga jemaat GPIB.

Berdasarkan Tager GPIB, pengalihan hak milik GPIB harus disertai dengan perencanaan yang perinci, berisi alasan pengalihan, dan rencana penggunaan hasil pengalihan, yang dibuat oleh ahli di bidangnya, serta didukung oleh suatu studi kelayakan.

"Sampai saat ini semua itu tidak terjadi," katanya.

Domidoyo menuturkan,"Perpecahan dan pertentangan dalam tubuh GPIB adalah akibat sikap arogans MS GPIB, yang melakukan pemecatan dan hukuman kepada para pendeta yang bersikap kritis dengan cara melakukan proses alih tugas yang bersifat demosi atau hukuman."

Tercatat sejak April 2015 sampai saat ini sekitar 70 pendeta dimutasikan dan akan ada 30 pendeta yang dialihtugaskan yang bernuasa hukuman atau demosi.

Edwin Juliadi/EPR



2 Jun 2015

Sidang Raya CCA ke 14 : Membangun Rumah Tangga Allah



Sebuah acara perhelatan besar Sidang Raya Christian Conference of Asia (CCA) ke-14 telah dilaksanakan di Jakarta, yang bertempat di Hotel Mercure Ancol pada tanggal 20-27 Mei 2015 di Jakarta.

Sidang raya yang diikuti oleh 437 peserta yang berasal dari 28 negara di Asia, termasuk didalamnya beberapa wakil dari PGI wilayah Depok. Dengan mengambil tema living together in the household of god yang artinya “hidup bersama di rumah Tuhan”, semua peserta diajak untuk dapat mendengar satu sama lain, berbagi beban dan pergumulan, merayakan kesukacitaan dan menyuarakan hal-hal yang patut disuarakan sebagai wujud kepedulian.

Pada hari pertama diadakan steering committee yang membahas tentang perubahan peraturan untuk mendukung keefektifan pelayanan di CCA dan tata cara pemilihan moderator (ketua) CCA. Selain itu dalam sidang ini juga ada pembahasan evaluasi dan review program-program CCA yang menyangkut program kesekretariatan umu dan financial; keadilan, masalah-masalah internasional serta mengenai Isu-isu publik dibahas secara khusus dalam dialog sidang parallel antara lain perdagangan manusia (human trafficking), perdamaian dan keadilan di Myanmar, pembunuhan massal di Armenian, hingga perdamaian dan hak asasi manusia di Papua Barat, peningkatan fundamentalis agama dan kekerasan.

Dalam sidang raya ini juga ada diskusi lintas agama yang bertujuan untuk membuka pandangan perspektif yang lebih luas bagi para peserta sidang raya. Hadir dalam diskusi ini Dr. Musdah Mulia, Ketua Indonesian Conference on Religion for Peace (ICRP) dan dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di Jakarta. Ven. Banagala Upatissa, pimpinan Mahabodi Society of Sri Langka (Budha) dan pimpinan Sangha Nayaka fo japan, Swami Isa, a Hindu spiritual leader dan theoretical scientis dari Trivandrum, India and Dr. Tong Wingsze, direktur Tao Fong Shan Christian Center in Hongkong and adjunct professor at the Divinity School of Chu Chi College at Chines University.

Terdapat 4 prinsip yang harus diwujudkan untuk membangun dialog antar umat percaya yaitu prinsip kemanusiaan, kekeluargaan, demokrasi dan kemajemukan agama. Kita harus hidup dengan kesamaan tingkat satu sama lain, menghormati satu sama lain. Setiap orang harus sadar bahwa menjadi seorang individu dia juga harus menjadi bagian kesatuan dengan dunia. Energi positif yang dia berikan akan memberii dampak positif juga kepada kehidupan bersama di dunia. Kita tidak dapat hidup seorang diri dalam dunia yang diciptakan Tuhan ini tanpa memiliki hubungan dengan orang-orang yang memiliki kepercayaan lain.

Diakhir acara konfrensi ini dilakukan pemilihan fungsional Christian Conference of asia dan terpilih sebagai Moderator (ketua) CCA periode 5 tahun berikut adalah Ephorus HKBP, Pendeta WTP Simarmata, M.Th. suatu kehormatan bagi Indonesia memiliki pemimpin di tingkat Asia.

Penutupan sidang raya CCA ini secara khusus sekretaris jenderal CCA Ibu Henriette Hutabarat lebang menyampaikan terima kasih kepada seluruh delegasi yang hadir dan panitia lokal yang telah mempersiapkan dan mendukung sidang raya ini dengan sangat luar biasa yaitu kepada bapak Sukur Nababan sebagai ketua panitia dan bapak Pdt. Binsar Pakpahan sebagai sekretaris panitia.



Sumber : www.pgi.or.id


3 Apr 2015

Pengorbanan Yesus Lebih dari Segalanya


Hal yang menonjol dari seorang prajurit atau tentara, adalah sikap rela berkorban nyawa sekalipun membela Negara dari musuh. Pengorbanan merupakan kosenkuensi pengabdian kepada negara, dan apa yang telah di korbankan yaitu tentu tidak akan pernah sia-sia. Sebaliknya menjadi kebanggan tersendiri atau layak mendapatkan penghormatan.

Bacaan kita memberikan gambaran  tentang pengorbanan yang lebih mulia, yakni pengorbanan Sang Juruselamat di kayu salib. Pengorbanan-Nya sungguh unik. Yesus menderita dan mati " Untuk segala dosa kita dan bukan untuk dosa kita saja tetapi untuk dosa seluruh dunia" (1 Yohanes 2;2). Karna kematian dan kebangkitannya, semua orang yang menerima tawaran keselamatanNya akan memperoleh pengampunan dan kehiduppan kekal. Memang, dalam kitab Ibarani pasa 10 ini, Tidak laangsung mengangkat soal kematian atau pengorbanan Yesus di kayu sali. Tapi tentang korban dan persembahan binatan. ayat 4 menyatakan, " Sebab tidak mungkin  darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapus dosa". Artinya, bukan darah binatang yang menghapus dosa, tetapi darah Yesus. Sebab yang lebih rendah tidak dapat menggantikan yang lebih tinggi. Sebenarnya bukan korbannya yang terpenting melainkan kepercayaan dan ketaatan kepada kehendakNya (ay 5-8) . bahwa Allah mengizinkan korban yang tidak sempurna dipakai sebagai sarana pengampunan dosa, agar umatnya menyadari keseriusan dosa dan tidak "bermain-main" denganNya.

Pengorbanan Yesus di kayu salib mengekspresikan secara aktif kepada dunia belas kasihan dan kasih menjadi karakter utama Yesus. PengorbananNya juga menandakan bahwa karyanya sudah sempurna, tidak perlu lagi ada korban sebab Allah tidak hanya mengampuni namun juga tidak lagi mengingat dosa dan kesalahan manusia. Hal ini perlu kita imani.

Bacaan Alkitab: Ibrani 10: 1-7
" Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapus dosa" (ay 4)




Sumber: SBU Edisi 116


 

 
Close X
Back to TOP