Sekilas Sejarah GPIB Pancaran Kasih Depok

Rombongan pekabar Injil bersama dengan Bidang Diakonia dari GKI Kwitang Jakarta mengadakan perkunjungan ke Cimanggis.

Renungan Harian

Sabda Bina Umat

13 Jul 2014

SBY: Tuhan Mengangkat Bangsa Kita dari Kegaduhan


PGI – Jakarta. “Saya menyambut Tema Sidang Raya ini, yang saya pahami tidak hanya dalam harafiah. Betul Aceh dan Nias dilanda tsunami dan gempa bumi hebat, dan kini sudah bangkit. Tetapi kita, sebagai bangsa, juga mengalami beragam kegaduhan di tahun 1998. Keyakinan dan harapan bagaimana Tuhan mengangkat kita dari situasi sulit ini ke arah yang lebih baik, tergambar dalam tema ini”, demikian antara lain Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merespons Undangan PGI untuk menghadiri Sidang Raya PGI yang akan berlangsung 11-17 Nopember 2014 di Gunungsitoli, Nias, Sumatera Utara.

Ketua Umum PGI, Pdt Dr Andreas Yewangoe, yang didampingi oleh Sekretaris Umum PGI, Pdt Gomar Gultom bersama Panitia Sidang Raya menjumpai Presiden terkait dengan rencana penyelenggaraan Sidang Raya XVI PGI yang bertema “Tuhan Mengangkat Kita dari Samudera Raya”

Presiden berjanji akan meneruskan kepada Presiden yang akan datang untuk menyampaikan undangan ini, agar Presiden terpilih nanti segera mengagendakannya.

Pada kesempatan ini, Ketua Panitia Pelaksana Sidang Raya (SR), Martinus Lase, menginformasikan kepada Presiden bahwa persiapan SR hingga saat ini berjalan baik dan Nias sudah siap menyambut 2000-3000 tamu. “Kendala yang terutama adalah sarana perhubungan. Penerbangan dari Medan ke Gunungsitoli hanya mampu mengangkut 560 orang per hari dengan 8 kali penerbangan, sehingga membutuhkan penanbahan penerbangan. Demikian juga dengan jalan dari Gunungsitoli ke Nias Barat masih harus dibenahi, serta keterbatasan kendaraan di Nias.

Menanggapi ini Presiden berjanji untuk membantu proses persiapan agar Sidang Raya dapat berjalan dengan baik. Presiden langsung memerintahkan Mendagri dan Menteri Perhubungan untuk turun ke lapangan dalam membenahi infrastruktur dan sarana yang dibutuhkan.

Menteri Perhubungan, EE Mangindaan, yang turut mendampingi Presiden merespons bahwa ia akan menyiapkan dan menambah penerbangan ke Nias dan menyediakan 20 unit bus Damri untuk kebutuhan pelaksanaan Sidang Raya.

Sepuluh Tahun Kepresidenan SBY
Ketua Umum PGI juga menyampaikan terimakasih kepada SBY atas pengabdian dan pelayanannya selama hampir sepuluh tahun ini menjadi Presiden RI. “Tidak selalu kita sejalan dan sependapat, karena perspektif yang berbeda. Tapi banyak kemajuan yang telah kita capai dan bangsa ini berjalan dengan aman di bawah Pimpinan Bapak. Tentu masih banyak yang belum tercapai dan yang masih harus kita tingkatkan di masa depan. Pada kesempatan ini kami menyampaikan penghargaan dan terimakasih atas kepemimpinan Bapak”, demikian Yewangoe.

Terkait dengan masa presidensialnya yang akan berakhir, SBY menyatakan bahwa
dia bisa bertahan sebagai presiden adalah karena doa, dukungan dan kritik masyarakat, termasuk kritik-kritik yang selama ini disampaikan oleh PGI. “Saya tulus mencintai semua elemen bangsa tanpa memandang bulu di tengah keragaman yang ada. “Hanya saja, negara kita sedang dalam transisi besar, barangkali rule of law belum sepenuhnya jalan; tapi niat saya dan pemerintah besar dalam rangka menciptakan harmoni dan kerukunan”, demikian Presiden SBY. Presiden juga mengatakan “Saya mendengar semua kritik, bahkan dari demonstrasi di depan istana pun saya baca spanduknya. Tapi masalahnya tidak semua bisa diselesaikan dengan cepat”.

Pilpres
Terkait dengan Pilpres yang tinggal dua hari lagi, Presiden memohon Pimpinan PGI agar menyerukan kepada seluruh umat Kristen untuk menciptakan suasana yang damai di tengah proses demokrasi ini. “Saat ini banyak yang kuatir akan ada kekacau-balauan. Tetapi menurut saya kuncinya ada pada pemimpin dari kedua kubu, bersama dengan pimpinan-pimpinan umat untuk memadamkan emosi, agar tidak mengkompori”.

Pemekaran Propinsi Kepulauan Nias
Pimpinan PGI dan Panitia yang hadir terdiri dari Bupati Nias, Bupati Nias Utara, Kepala Dinas Kesehatan Nias Selatan dan Walikota Gunungsitoli. Pada kesempatan ini, mereka menyampaikan permohonan agar gagasan memekarkan Propinsi Kepulauan Nias dapat direalisasikan dalam masa pemerintahan SBY. “Pemekaran ini menjadi penting untuk memajukan masyarakat Nias, yang dalam banyak hal sangat berbeda penanganannya dengan daratan Sumut. Semua persyaratan telah dipenuhi”, demikian Martinus Lase, Walikota Nias yang didukung oleh para. Bupati yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Menanggapi permohonan ini, Presiden menyebutkan, “Manakala pemekaran merupakan sebuah solusi, pasti kita akan disetujui. Kalau persyaratan kurang, maka akan dibantu!” Terhadap permohonan ini, Presiden menyerahkannya kepada Mendagri, yang juga hadir dalam pertemuan tersebut, untuk menindaklanjutinya.

Pertemuan PGI dengan Presiden SBY di Istana Presiden, Senin Siang (7/7/2014).
SBY didampingi oleh Menkopolhukam, Menko Kesra, Mensesneg, Mensekab, Menteri Agama, Mendagri, Menteri Perhubungan, dan Menteri Negara Lingkungan Hidup. (GG)

Sumber : www.pgi.or.id
Foto : kompas.com

11 Jul 2014

Umat Kristiani di Jalur Gaza, Palestina



Orang Kristen Palestina tinggal di Tepi Barat, mungkin banyak yang tahu. Namun, di Gaza, wilayah Palestina yang diperintah Kelompok Hamas, orang Kristen punya hubungan baik dengan saudara Muslim mereka. Walau ada beberapa gejolak dengan kelompok garis keras, secara umum, penduduk Palestina di Gaza Kristen dan Islam menghadapi masalah sama: diblokade pemerintah Israel dan mendapat stigma teroris.

Berita Terakhir

Awal tahun ajaran baru bagi lima sekolah Kristen yang beroperasi di Jalur Gaza berlangsung tanpa kejutan pekan lalu, di tengah kekhawatiran bahwa Hamas mungkin menutup mereka di bawah hukum Islam yang baru (3/10). Kepala Susteran Nazareth, dari Institut Sabda, yang bekerja untuk Gereja Keluarga Kudus berkata:”Anak-anak dan guru kembali ke sekolah dan semuanya berjalan seperti biasa.

Musim semi lalu, ada alarm berkaitan dengan nasib lima sekolah yang mungkin akan sangat terpengaruh oleh langkah-langkah baru diberlakukan pemerintah Hamas.

Sebuah hukum yang berlaku pada April oleh Departemen Pendidikan setempat dan karena mulai berlaku pada bulan September menyatakan bahwa kelas semua sekolah setiap kelas wajib harus dibagi menurut jenis kelamin, sedangkan guru laki-laki dan perempuan tidak lagi diperbolehkan memberi pelajaran kepada siswa lawan jenis yang berumur lebih dari sembilan tahun.

Jika ketentuan-ketentuan baru diberlakukan, sekolah-sekolah Kristen mungkin harus ditutup. “Kami tidak memiliki ruang dan uang untuk memisahkan sekolah kami,” kata Pastor Hijazeen Faisal, kepala sekolah dari Patriarkat Latin Yerusalem.

Sumber dari Patriarkat Latin Yerusalem mengatakan bahwa pada Oktober, Fr Hijazeen dan administrator umum Patriarkat Latin, Fr Humam Khzouz, akan pergi ke Gaza untuk bertemu dengan Menteri Pendidikan untuk mendiskusikan masalah ini.

Sekitar 3.500 siswa belajar di sekolah-sekolah Kristen di Gaza. Ini adalah satu-satunya sekolah bersama sekolah yang dikelola PBB yang memiliki kelas campuran laki-laki perempuan.

Sejarah Kekristenan di Gaza
Kekristenan mulai menyebar ke seluruh Gaza pada 250 Masehi, termasuk di pelabuhan Maiuma. Penduduk Gaza banyak yang menjadi Kristen saat Saint Porphyrius, antara 396 dan 420 M melakukan karya penginjilan di daerah itu. Pada 402, Kaisar Theodosius II memerintahkan delapan dari kuil pagan kota dihancurkan hancur, dan empat tahun kemudian, Ratu Aelia Eudocia menugaskan pembangunan gereja di atas reruntuhan Kuil Marnas. Pada era ini filsuf Kristen Aeneas dari Gaza menyebut kampung halamannya, “Athena Asia.” Setelah pembagian Kekaisaran Romawi pada abad ke-3 Masehi, Gaza tetap berada di bawah kendali dari Kekaisaran Romawi Timur yang pada gilirannya menjadi Kekaisaran Byzantium. Kota makmur dan merupakan pusat penting untuk kawasan Mediterania timur. Kota yang dipercaya tempat dikuburnya kakek buyut Nabi Muhammad, Hashim ibn Abd Manaf, ini menjadi kota penting bagi kekhalifahan Islam sejak awal abad ke-7.

Kehidupan Kristen di Gaza
Kini, komunitas Kristen Gaza sebagian besar tinggal di dalam kota, terutama di kawasan sekitar tiga gereja utama: Gereja Saint Porphyrius, Gereja Katolik Keluarga Kudus di Jalan Zeitoun, dan Gereja Baptis Gaza, selain itu ada juga kapel Anglikan di Rumah Sakit Al-Ahli Al-Arabi. Saint Porphyrius adalah Gereja Ortodoks yang berdiri pada abad ke-12. Gereja Baptis Gaza terletak dekat dengan gedung Dewan Legislatif. Orang Kristen di Gaza bebas menjalankan ibadah mereka. Mereka juga dapat memperingati semua hari libur keagamaan sesuai dengan kalender Kristen.

Orang Kristen yang menjadi pegawai negeri sipil atau bekerja di sektor swasta diberikan hari libur resmi selama seminggu, yang dimanfaatkan untuk berdoa bersama di gereja-gereja. Orang Kristen berhak mendapatkan pekerjaan apa pun. Mereka memiliki hak dan kewajiban penuh seperti saudara Muslim mereka sesuai dengan Deklarasi Kemerdekaan Palestina, rezim, dan semua sistem yang berlaku atas wilayah-wilayah. Selain itu, kursi telah dialokasikan untuk warga Kristen di Dewan Legislatif Palestina sesuai dengan sistem kuota yang mengalokasikan didasarkan pada kehadiran Kristen yang signifikan.

Sensus mengungkapkan bahwa 40% dari komunitas Kristen bekerja di, pendidikan, teknik dan hukum sektor medis. Orang-orang Kristen dari Gaza bekerja di hampir semua profesi. Banyak dokter dan guru, dan beberapa toko perhiasan sendiri. Jumlah mereka turun menjadi 2.500 dari 3.000 sebelum tahun 2007, sebagian besar karena alasan ekonomi akibat blokade oleh Israel.

Selain itu, gereja-gereja di Gaza terkenal untuk pertolongan dan pendidikan layanan yang mereka tawarkan, dan warga Muslim berpartisipasi dalam layanan ini. Warga Palestina mendapat manfaat keseluruhan dari layanan ini. Sekolah Latin Patriarkat, misalnya, menawarkan bantuan dalam bentuk obat-obatan dan pelayanan sosial dan pendidikan. Sekolah telah menawarkan layanan selama hampir 150 tahun.

Pada 1974, gagasan untuk mendirikan sekolah baru diusulkan oleh Pastor Jalil Awad, mantan imam paroki di Gaza yang menyadari kebutuhan untuk memperluas Sekolah Patriarki Latin dan membangun kompleks baru. Saat ini, sekolah Keluarga Kudus memiliki 1.250 siswa dan SD Katolik Roma, yang merupakan perpanjangan dari Sekolah Patriarkat Latin, terus mendaftarkan meningkatnya jumlah siswa muda. Sekolah dasar didirikan sekitar 20 tahun yang lalu. Selain pendidikan, layanan lain yang ditawarkan kepada Muslim dan Kristen sama-sama tanpa diskriminasi. Layanan mencakup kelompok perempuan, kelompok mahasiswa dan kelompok pemuda, seperti yang ditawarkan di Gereja Baptis pada hari kerja.

Tekanan pada Komunitas Kristen Gaza
Hubungan Kristen-Muslim di Gaza secara historis jauh lebih tenang dibandingkan di Mesir. Kaum Koptik Mesir mengeluhkan penganiayaan. Juga jika dibandingkan di Irak. Orang-orang Kristen di Irak telah ditargetkan untuk serangan.

Memang pernah, sebuah gereja Gaza dibom pada 2009 oleh Al-Qaeda yang dipengaruhi Islam tetapi sejak itu, kata Alexios, gereja telah aman. Alexios adalah Uskup Gereja Ortodoks Yunani di Gaza. Dia memuji kerja sama Hamas, tapi ia menuduh kelompok garis keras, Salama, berusaha menyebabkan gesekan antara agama-agama.

Pasukan keamanan Hamas telah menindak kelompok radikal Islam radikal dengan tuduhan menyerang simbol-simbol Kristen termasuk gereja dan pemakaman.

Hamas mengatakan mereka mempraktikkan Islam moderat. Hukum Palestina membuat semua warga sama di depan hukum tanpa memandang ras, jenis kelamin, warna kulit atau agama dan memberi mereka kebebasan untuk mempraktikkan ritual keagamaan mereka, tanpa mengganggu ketertiban umum.

Dalam lima tahun terakhir, dua orang Kristen Gaza telah dibunuh, satu karena berlatar utang-piutang, yang lain tidak terlalu jelas penyebabnya. Konon, dia telah dibunuh oleh radikal Islam karena berusaha mengonversi orang Muslim.

Namun, beberapa keluarga Kristen Gaza mengeluhkan anak-anak mereka menjadi target “cuci otak” oleh aktivis Muslim.

Menurut Alexios, Muslim dan Kristen Gaza telah hidup dalam harmoni selama 1.600 tahun. Hamas tidak bisa disalahkan karena orang-orang yang sekarang berusaha merusak hubungan. Hamas berusaha menjaga harmoni Kristen-Islam terutama karena ingin kontak politik dengan negara-negara di dunia Kristen.

Tidak ada untungnya Hamas merugikan komunitas Kristen di sini. Itulah mengapa hal tersebut tidak pernah terlintas dalam pikiran saya,” kata Alexios.

Orang Kristen Palestina, Dijajah Israel
Orang-orang Kristen Palestina juga mendapat tekanan yang sama dalam kasus pendudukan Israel di tanah Palestina. Dan, sebagai warga Gaza, mereka terstigma. “Orang-orang dari luar hanya melihat semua orang Palestina sebagai teroris,” kata Mohammad Abu Jayab, seorang penjaga pantai Gaza City. “Kami tidak menentang agama Yahudi, Kristen, Muslim-kita semua manusia,” kata Jayab.

Allah memberikan Anda kekuatan, kata Waheed Araxi, mengenang saat teror dia merasa sendirian pada malam ketika selusin rudal Israel menggempur kampungnya. Waheed, seorang janda dan salah satu dari sekitar 3.000 orang Kristen Gaza di antara 1,7 juta penduduk. Ia adalah anggota Dewan Gereja-gereja Timur Dekat Komite Karya Bagi Pengungsi (Near East Council of Churches Committee for Refugee Work NECCCRW). Dalam minggu-minggu setelah serangan, ia dan tetangga Muslimnya saling membantu bertahan dari kekurangan makanan, air, dan listrik akibat Israel menargetkan infrastruktur sipil.

Seperti Waheed, NECCCRW menjawab panggilan Kristus untuk mengasihi sesama seseorang, menawarkan klinik kesehatan dan sekolah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan Gaza yang paling rentan. Dengan melayani tetangga mereka tanpa diskriminasi, NECCCRW menikmati rasa hormat dari mayoritas Muslim, meskipun dalam kasus yang jarang, ekstremis Islam telah menargetkan orang Kristen lainnya. Salah satu klinik mereka dihancurkan oleh bom Israel, namun sejak saat itu telah dibangun kembali dan terus melayani masyarakat. 

Sumber : www.satuharapan.com
Foto : nationalpost.com

6 Jul 2014

Pesan Pastoral PGI untuk Pemilu Presiden 2014



18 June 2014, 16:18


Kepada Yth.:
Seluruh Jemaat GPIB
di tempat.


Dalam rangka persiapan kita menuju Pemilu Presiden, tanggal 9 Juli 2014, Majelis Sinode GPIB meneruskan Pesan Pastoral Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), sebagai berikut:

Saudara-saudara Umat Kristiani di Seluruh Indonesia,
Tahapan Pemilu Presiden (Pilpres) kini sedang berlangsung. Dua pasangan calon sudah ditetapkan komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 1 Juni 2014, yakni pasangan Nomor Urut 1: Prabowo Subianto/Hatta Rajasa, yang diusulkan oleh gabungan partai politik GERINDRA, GOLKAR, PAN, PKS, PPP dan PBB; serta pasangan Nomor Urut 2: Joko Widodo/M. Jusuf Kalla, yang diusulkan oleh PDIP, NASDEM, PKB, HANURA dan PKPI.

Gunakan Hak Pilih
Dalam Pilpres yang akan berlangsung pada Rabu, 9 Juli 2014 nanti, kita akan memilih siapa yang akan menjadi nakhoda bangsa ini 5 (lima) tahun ke depan. Karena itu, gunakan hak pilih Anda sebagai bentuk tanggung jawab iman percaya Anda. Dengan memilih, Anda bisa menentukan orang yang tepat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

Politik Uang adalah Dosa!
Pertanyaannya, siapa yang akan dipilih! Perlu ditegaskan bahwa Pemilu itu tidak semata-mata soal hasil. Hasil sangat ditentukan oleh proses; dan proses yang baik akan menentukan hasil yang baik pula. Terlalu terfokus pada hasil seringkali tanpa disadari menjerumuskan pemilih kepada partisipasi politik yang pragmatis dan transaksional. Pengalaman pada Pemilihan Umum Legislatif, 9 April lalu, menunjukan bahwa politik transaksional dalam bentuk politik uang merajalela dimana-mana! Bahkan ada warga gereja dan gereja sendiri ikut-ikutan terlibat di dalamnya. Kita perlu memaknai kembali substansi partisipasi gereja dalam kerangka memperkuat integritas proses dan kualitas hasil Pemilu itu sendiri. Jangan lagi terlibat dalam politik uang! Politik uang merupakan pembodohan rakyat dan merusak substansi demokrasi kita. Dalam 1 Timotius 6:10 ditegaskan bahwa “… akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman …” Begitu juga dalam Kitab Keluaran 23:8 ditegaskan bahwa “Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.” (Lihat juga Ulangan 16:19). Dengan demikian, politik uang adalah dosa.

Kriteria Pemimpin yang Baik
Alkitab memberikan rujukan yang jelas tentang pentingnya kepemimpinan dalam sebuah bangsa. Pemimpin hadir untuk menjalankan mandat ilahi. Roma 13:1 mengatakan “… tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah.” Karena itu, proses memilih pemimpin bangsa tidaklah terlepas dari mandat dan campur tangan Allah. Jadi, ketika kita memilih pemimpin kita harus sadari bahwa kita sedang menjalankan mandat ilahi untuk melahirkan pemimpin yang baik dan bertanggungjawab.

Lalu, seperti apakah pemimpin yang baik? Kitab Keluaran 18:21 mengatakan bahwa mereka yang layak dipilih sebagai pemimpin haruslah “orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap.” Bandingkan juga Kisah Para Rasul 6:3 “… pilihlah tujuh orang di antara kamu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat …”. Dua pesan Alkitab ini kiranya bisa menuntun kita untuk menentukan pilihan dalam Pilpres, demi menghasilkan pemimpin bangsa yang baik dan bertanggungjawab bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Pedoman Memilih
Dalam menghadapi Pilpres, 9 Juli 2014 mendatang, PGI menyerukan beberapa hal berikut sebagai pedoman bagi warga gereja untuk memilih, antara lain:

1. Pelajarilah dan cermatilah visi dan misi pasangan calon sebelum anda menentukan pilihan. Sebab visi dan misi inilah yang akan menjadi kerangka kerja dan program pasangan calon jika terpilih. Berikan penilaian dan kritisi apakah visi dan misi itu dapat dilakukan atau hanya sekedar “mimpi” untuk mempengaruhi suara hati Anda. Bandingkan juga visi dan misi tersebut dengan “ideologi” masing-masing partai pendukung. Hal ini penting agar kita bisa mengukur derajat kesungguhan bangunan koalisi partai pengusung dan tidak terjebak memilih “kucing dalam karung.”

2. Pemimpin yang baik biasanya lahir melalui sebuah proses yang baik dan alamiah. Proses inilah yang kami yakini membentuk karakter dan sedikit banyak akan mempengaruhi kinerja kepemimpinannya. Proses yang baik akan menentukan orientasi kepemimpinan, apakah berorientasi “kekuasaan” atau “kepentingan rakyat.” Olehnya, pelajari jugalah rekam jejak para calon, apakah mereka memang selama ini berjuang demi rakyat dan sungguh-sungguh menghargai harkat dan martabat manusia.

3. Pasangan calon dipilih dalam satu paket mesti saling melengkapi sebagai Calon Presiden dan calon Wakil Presiden. Nilailah dan cermatilah, apakah pasangan itu memang betul-betul pasangan yang harmonis dan bisa saling melengkapi dalam tugas dan pekerjaannya atau tidak! Sejauh mana Calon Wakil Presiden bisa bekerjasama, mendukung dan melengkapi Calon Presiden. Sebab jika pasangan calon tidak kompak, tidak harmonis, tidak saling mendukung, maka sudah pasti proses pemerintahan akan mengalami hambatan dan rakyat akan merasakan akibatnya.

4. Pasangan calon diusung oleh gabungan partai politik. Hal ini jangan hanya dimaknai sebagai sebuah syarat keikutsertaan dalam Pilpres semata, sebab partai pendukung memiliki peran yang penting, sehingga akan mempengaruhi proses kepemimpinan ke depan. Maka cermatilah “ideologi” apa yang ada di balik partai-partai pengusung, rekam jejak mereka di masa lalu, kelompok organisasi sayap pendukung apa yang ada di dalamnya, siapa saja tokoh utama yang berpengaruh terhadap partai tersebut, apakah partai-partai itu bersih dan tidak terlibat korupsi. Hal-hal ini penting agar jangan sampai pasangan calon terpilih disandera atau dipengaruhi oleh partai-partai tersebut dalam menjalankan pemerintahan. Perhatikan juga apakah bangunan koalisi partai itu bersifat transaksional atau memang sungguh-sungguh untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. Manakah partai koalisi itu yang tidak secara jelas menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, melainkan ideologi lain. Bagaimana komitmen partai-partai pendukung tersebut terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia.

5. Waspadai Kampanye Jahat (bad campaign) yang hanya bertujuan menjelek-jelekkan calon tertentu dan memuji calon yang lain. Model kampanye yang menyinggung isu SARA sudah pasti mencederai demokrasi dalam pemilu dan merusak bangunan kebangsaan kita. Jangan memilih berdasarkan SARA. Jangan terpengaruh dan terprovokasi serta ikut serta melakukannya. Pemilu harus menjadi ajang bagi kita untuk memilih pemimpin yang mampu menjaga tegaknya NKRIberdasarkan Pancasila dan UUD 45.

6. Untuk memastikan proses dan hasil Pemilu baik dan berintegritas, maka kami menganjurkan warga gereja untuk terlibat aktif dalam pengawasan Pemilu. Laporkan pelanggaran kepada pihak yang berwajib, termasuk para pelaku kampanye jahat. Peliharalah kedamaian agar proses pemilu ini dapat berlangsung secara tertib dan aman.

7. Sebagai institusi, Gereja tidak dalam posisi mendukung atau menolak salah satu Pasangan Calon. Gereja tidak berpolitik praktis. Politik gereja adalah politik moral, bukan politik dukung-mendukung. Janganlah jadikan gereja sebagai arena kampanye untuk pemenangan salah satu pasangan calon, agar tidak menimbulkan konflik di antara jemaat dan memicu hal-hal yang tidak kita inginkan bersama. Gereja harus tetap suci, dan tidak boleh dikotori oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu!


Demikianlah Pesan Pastoral ini. Kita berdoa: Tuhan, Pencipta dan Pemelihara Kehidupan memberkati Indonesia. Amin.

Atas nama
Majelis Pekerja Harian
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia


Pdt. Dr. A.A. Yewangoe (Ketua Umum)
Pdt. Gomar Gultom (Sekretaris Umum)



Sumber berita : http://www.gpib.org/berita/pesan-pastoral-pgi-untuk-pemilu-presiden-2014

3 Jul 2014

Mendengar Dan Hidup Dalam Hikmat Allah




Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya
~Amsal 1:20-22



Kehidupan modern saat ini penuh dengan hiruk-pikuk yang kian meningkat. Saat berada di rumah, suara orang berbicara, riuhnya suara hewan peliharaan, suara music di radio, TV, dll. Saat berada di jalan, kita pun mendengar keriuhan lain, seperti suara kendaraan umum, proyek pembangunan, dsbnya. Di tengah hiruk-pikuk di sekitar kita, masihkah kita dapat mendengar suara hikmat Allah yang senantiasa memperingatkan manusia untuk tetap berjalan dalam kehendak-Nya?

Hikmat digambarkan sebagai seorang guru yang menghimbau orang banyak di tempat pertemuan umum, untuk belajar hikmat. Bahkan begitu pentingnya, seruan hikmat disampaikan untuk menarik perhatian manusia, dengan berdiri di tempat-tempat yang penting, seperti tepi jalan, persimpangan jalan, lapangan, dia atas tembok-tembok kota, bahkan di depan pintu gerbang kota. Jadi pada tempat umum yang ramai dikunjungi dan penuh hiruk-pkuk, inilah suara panggilan hikmat itu mengatasi semua keramaian dan kebisingan (ay.21b)


Seruan hikmat, mengajak manusia meninggalkan kebodohan dan berpaling kepada hikmat. Sebab orang yang menjalani hidup berlandaskan takut akan Tuhan, mampu membedakan yang benar dan yang salah, berpikir tepat sebelum berbicara, serta memilih dan memutuskan yang benar. Orang yang tidak berpengalaman, biasanya orang yang kurang mendapat didikan. Karena itu, mereka mempercayai setiap ucapan orang lain, mudah terpengaruh ikut bergosip dan memfitnah. Pencemooh adalah orang yang cepat bicara, lambat berpikir. Orang bebal ialah orang yang menolak didikan dan kebenaran moral. Orang-orang ini, cenderung tidak suka dididik, karena mereka justru senang terhadap ketidaktahuan mereka.


Suara hikmat acapkali memanggil, mengundang kita untuk hidup dalam hikmat Allah, ditengah kebisingan hati, keriuhan dunia. Juga di tengah kenikmatan hidup dengan mencintai ketidaktahuan, menyukai cemooh, gossip, fitnah, dsbnya, semua hal ini mempunyai konsekuensi iman di hadapan Allah.


Doa: Allah sumber hikmat, ijinkan kami berdiam dalam hikmat-Mu agar kami dapat mengatasi kebisingan dunia.

Sumber : Sabda BIna Umat edisi 129
Gambar : www.timesofrefreshingontheoldpaths.wordpress.com 

 
Close X
Back to TOP